3Ulama Paku Bumi Tanah Banten Paling Keramat yang Masih Hidup . by Rozi; Abuya Muhtadi merupakan sosok ulama kharismatik yang mempunyai banyak karomah, banyak murid-muridnya yang secara langsung melihat karomah beliau, salah satunya yang terkait dengan Banjir sekitar daerah Serang belakangan ini yang menghanyutkan banyak korban bangunan
KyaiSholeh Darat. Muhammad Shalih bin Umar (1820 M), yang lebih dikenal dengan sebutan Kiai Shaleh Darat, adalah seorang ulama besar pada zamannya. Ketinggian ilmunya tidak hanya bisa dilihat dari karya-karya monumental dan keberhasilan murid-muridnya menjadi ulama-ulama besar di Jawa, tetapi juga bisa dilihat dari pengakuan penguasa Mekkah
Berikutini beberapa karomah Mbah Kholil diantaranya: 1. Melihat berkat di kepala Kiyai Imam masjid. Kiyai Kholil muda dan besetatus sebagai santri, beliau melaksanakan shalat jumat di Pesantren yang beliau tempati, tiba-tiba saat akan melaksanakan takbirotul ikhrom Kiyai Kholil Muda tertawa sangat keras, hingga terdengar seluruh jamaah sholat
INFAQPENGGANTI SURBAN KAROMAH WALI QUTUB Rp.1.750.000,-(Maaf Infaq Lumayan Tinggi Karena Rumitnya Pembuatan + Insya Allah Termasuk Piranti Berkelas) Piranti Surban Karomah Wali Qutub Sangat Terbatas, Karena Setiap Proses Pembuatan Kami Batasi Maksimal 99 Surban, Bagi Yang Berminat Bisa Pesan Secepatnya Supaya Kebagian
Sesampainyadi Kudus, Mbah Mangli segera menuju Kompleks Pondok Pesantren Yanbu'ul Qur'an, Kudus yang berada tak jauh Masjid Al-Aqsha yang terkenal dengan Masjid Menara Kudus. Ketika sampai di depan Ndalem Kyai Arwani, Mbah Mangli tiba-tiba bersimpuh sambil berjalan perlahan-lahan atau "ngesot" dalam bahasa jawa.
Adapunkaromah KH Holil diantaranya: #1. Tertawa Keras didalam Sholat. Pada suatu hari, didalam sholat jemaah yang dipimpin oleh kyai disebuah pesantren tempat kyai Kholil mencari ilmu, Kyai Kholil muda tertawa cukup keras sehingga teman-temannya takut kalau-kalau kyai akan marah karna sikapnya itu.
Hsb6U53. 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID k81x9QmfeW-d9QicfqLSB5OkVrVeCE8oKdxVT7MimGcTlVh8sKYo8Q==
Karomah Mbah Kholil Ulama besar yang digelar oleh para Kyai sebagai âSyaikhunaâ yakni guru kami, karena kebanyakan Kyai-Kyai dan pengasas pondok pesantren di Jawa dan Madura pernah belajar dan nyantri dengan beliau. Pribadi yang dimaksudkan ialah Mbah Kholil. Tentunya dari sosok seorang Ulama Besar seperti Mbah Kholil mempunyai karomah. Istilah karomah berasal dari bahasa Arab. Secara bahasa berarti mulia, Syeikh Thahir bin Shaleh Al-Jazairi dalam kitab Jawahirul Kalamiyah mengartikan kata karomah adalah perkara luar biasa yang tampak pada seorang wali yang tidak disertai dengan pengakuan seorang Nabi. Adapun karomah Mbah Kholil diantaranya a. Tertawa Keras didalam Sholat Pada suatu hari, didalam sholat jemaah yang dipimpin oleh kyai disebuah pesantren tempat kyai Kholil mencari ilmu, Kyai Kholil muda tertawa cukup keras sehingga teman-temannya takut kalau-kalau kyai akan marah karna sikapnya itu. Dugaan mereka tidak keliru,setelah selesai sholat sang kyai menegur Kyai Kholil muda dengan sikapnya yang tertawa cukup keras waktu solat tersebut yang memang dilarang dalam Islam. Ternyata, Kyai Kholil muda masih terus tertawa meskipun kyai sangat marah terhadapnya. Akhirnya Kyai Kholil menjawab bahwa ketika sholat berjamaah berlangsung dia melihat sebuah berkat wadah nasi waktu kenduri diatas kepala sang Kyai. Mendengar jawaban tersebut, sang kyai menjadi sadar dan merasa malu atas sholat yang ia pimpin tersebut. Karena sang kyai ingat bahwa selama sholat berlangsung, dia memang merasa tergesa-gesa untuk menghadiri kenduri sehingga mengakibatkan solatnya tidak khusyuk. b. Debat kepiting dan Rajungan Pada suatu hari, para ulama Mekah berkumpul di Masjidil Haram untuk berdiskusi membahas masalah dan hukum Islam yang sedang terjadi di Makah. Semua persoalan didiskusikan tanpa hambatan dan selalu mendapatkan solusi dan kesepakatan semua Ulama tersebut. Akan tetapi pada masalah mengenai halal atau haramnya kepiting dan rajungan terjadi banyak pendapat dan tidak menemukan solusi. Kyai Kholil pada waktu itu berada diantara peserta diskusi sambil mendengarkan dengan tekun sambil sekali-sekali tersenyum melihat silang pendapat para peserta diskusi. Melihat jalan buntu permasalahan yang ada dihadapnya, Kyai Kholil minta izin untuk menawarkan solusi untuk masalah tersebut. Akhirnya Kyai Kholil dipersilahkan untuk naik ke atas mimbar oleh pimpinan diskusi. Setelah tiba diatas mimbar, Kyai Kholil berkata, â Saudara sekalian, ketidaksepakatan kita dalam menentukan hukum kepiting dan rajungan ini menurut saya disebabkan karena saudara sekalian belum melihat secara pasti wujud kepiting dan rajunganâ ujar kyai Kholil. Semua ulama yg hadir dalam diskusi tersebut menyetujui keterangan kyai Kholil tersebut. â saudara sekalian, adapun wujud kepiting seperti iniâ ucap kyai Kholil sambil memegang kepiting yang masih basah. âsedangkan yang rajungan seperti iniâ lanjut Kyai Kholil sambil memegang rajungan yang masih basah, seakan baru mengambil dari laut. Semua hadirin merasa terpana dan suasana menjadi gaduh karna keanehan tersebut. Mereka hanya bisa merasa heran dan bingung dari mana sang Kyai Kholil mendapatkankepiting dan rajungan dengan sekejap saja. Maka setelah kejadian tersebut, masalah halal atau haramnya kepiting dan rajungan telah menemukan solusinya. Sejak kejadian itu, Kyai Kholil menjadi ulama yg disegani di antara ulama Masjidil Haram. c. Ke Makkah Naik Kerocok sejenis daun aren yg dapat mengapung di air Pada suatu sore di pinggir pantai daerah Bangkalan, Kyai Kholol hanya ditemani oleh Kyai Syamsul Arifin, salah seorang murid dan sahabatnya. Mereka membicarakan perihal urusan pesantren dan persoalan umat, tak terasa waktu sudah berlangsung lama dan matahari hampir terbenam. â kita belum solat Ashar kyaiâ kata Kyai Syamsul Arifin. â Astaghfirullah â kata kyai Kholil menyadari Kekhilafannya. â waktu ashar hampir habis, kita tidak mungkin sholat secara sempurna Kyaiâ ucap Kyai syamsul Arifin. â kalau begitu, ambil kerocok untuk kita pakai ke Makkah â kata Kyai Kholil. Setelah mendapatkan kerocok, mereka menumpanginya di atas kerocok tersebut. Beberapa saat ketika Kyai Kholil menatap ke Makkah, tiba-tiba kerocok yang ditumpanginya melesat dengan cepat ke arah Makkah. Sesampainya ke Makkah, Azan solat ashar baru saja dikumandangkan dan mereka mendapatkan Shaf pertama sholat Ashar berjamaah di Masjidil Haram. d. Mengubah Arah Kiblat Masjid Pada suatu hari, Kyai Kholil sedang melihat masjid yang sedang dibangun oleh menantu beliau yaitu Kyai Muntaha. Ketika melihat arah kiblat pada masjid tersebut, Kyai Kholil menegur sang menantu yang alim itu untuk membetulkan arah kiblat masjid yang sedang dibangunnya itu. Sebagai orang yg alim, Kyai Muntaha mempunyai alasan dalam menentukan arah kiblat tersebut, beberapa argumen ditunjukan kepada Kyai Kholil dalam penentuan arah kiblat tersebut. Melihat menantunya tidak ada tanda-tanda untuk mendengar nasihatnya, Kyai Kholil tersenyum sambil berjalan kearah tempat pengimaman di ikuti sang menantu. Kyai Kholil mengambil sebuah kayu untuk melubangi dinding tembok arah kiblat dan menyuruh Kyai Muntaha untuk melihat lubang pada dinding masjid di tempat pengimaman. Betapa kagetnya Kyai Muntaha setelah melihat lubang itu, sang menantu melihat dalam lubang kecil itu terlihat Kaâbah yang berada di Makkah dengan sangat jelas. Dengan penglihatan itu, Kyai Muntaha heran dan sadar bahwa arah kiblat yang menjadi kiblat bangunan masjidnya salah. Arah kiblat bangunan masjid terlalu miring dan terbukti benar apa yang di koreksi Kyai Kholil. e. Membelah Diri Kesaktian lain dari Mbah Kholil, adalah kemampuannya membelah diri. Dia bisa berada di beberapa tempat dalam waktu bersamaan. Pernah ada peristiwa aneh saat beliau mengajar di pesantren. Saat berceramah, Mbah Kholil melakukan sesuatu yang tak terpantau mata. âTiba-tiba baju dan sarung beliau basah kuyup,â Cerita KH. Ghozi. Para santri heran. Sedangkan beliau sendiri cuek, tak mau menceritakan apa-apa. Langsung ngeloyor masuk rumah, ganti baju. Teka-teki itu baru terjawab setengah bulan kemudian. Ada seorang nelayan sowan ke Mbah Kholil. Dia mengucapkan terimakasih, karena saat perahunya pecah di tengah laut, langsung ditolong Mbah Kholil. âKedatangan nelayan itu membuka tabir. Ternyata saat memberi pengajian, Mbah Kholil dapat pesan agar segera ke pantai untuk menyelamatkan nelayan yang perahunya pecah. Dengan karomah yang dimiliki, dalam sekejap beliau bisa sampai laut dan membantu si nelayan itu,â Papar KH. Ghozi yang kini tinggal di Wedomartani Ngemplak Sleman ini. f. Menyembuhkan Orang Lumpuh Seketika Dalam buku yang berjudul âTindak Lampah Romo Yai Syeikh Ahmad Jauhari Umarâ menerangkan bahwa Mbah Kholil Bangkalan termasuk salah satu guru Romo Yai Syeikh Ahmad Jauhari Umar yang mempunyai karomah luar biasa. Diceritakan oleh penulis buku tersebut sebagai berikut âSuatu hari, ada seorang keturunan Cina sakit lumpuh, padahal ia sudah dibawa ke Jakarta tepatnya di Betawi, namun belum juga sembuh. Lalu ia mendengar bahwa di Madura ada orang sakti yang bisa menyembuhkan penyakit. Kemudian pergilah ia ke Madura yakni ke Mbah Kholil untuk berobat. Ia dibawa dengan menggunakan tandu oleh 4 orang, tak ketinggalan pula anak dan istrinya ikut mengantar. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan orang Madura yang dibopong karena sakit kakinya kerobohan pohon. Lalu mereka sepakat pergi bersama-sama berobat ke Mbah Kholil. Orang Madura berjalan di depan sebagai penunjuk jalan. Kira-kira jarak kurang dari 20 meter dari rumah Mbah Kholil, muncullah Mbah Kholil dalam rumahnya dengan membawa pedang seraya berkata âMana orang itu?!! Biar saya bacok sekalian.â Melihat hal tersebut, kedua orang sakit tersebut ketakutan dan langsung lari tanpa ia sadari sedang sakit. Karena Mbah Kholil terus mencari dan membentak-bentak mereka, akhirnya tanpa disadari, mereka sembuh. Setelah Mbah Kholil wafat kedua orang tersebut sering ziarah ke makam beliau. g. Kisah Pencuri Timun Tidak Bisa Duduk Pada suatu hari petani timun di daerah Bangkalan sering mengeluh. Setiap timun yang siap dipanen selalu kedahuluan dicuri maling. Begitu peristiwa itu terus-menerus, akhirnya petani timun itu tidak sabar lagi. Setelah bermusyawarah, maka diputuskan untuk sowan ke Mbah Kholil. Sesampainya di rumah Mbah Kholil, sebagaimana biasanya Kyai tersebut sedang mengajarkan kitab Nahwu. Kitab tersebut bernama Jurumiyah, suatu kitab tata bahasa Arab tingkat pemula. âAssalamuâalaikum, Kyai,â Ucap salam para petani serentak. âWaâalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,â Jawab Mbah Kholil. Melihat banyaknya petani yang datang. Mbah Kholil bertanya âSampean ada keperluan, ya?â âBenar, Kyai. Akhir-akhir ini ladang timun kami selalu dicuri maling, kami mohon kepada Kyai penangkalnya,â Kata petani dengan nada memohon penuh harap. Ketika itu, kitab yang dikaji oleh Kyai kebetulan sampai pada kalimat âqoma zaidunâ yang artinya âzaid telah berdiriâ. Lalu serta-merta Mbah Kholil berbicara sambil menunjuk kepada huruf âqoma zaidunâ. âYa.., Karena pengajian ini sampai qoma zaidunâ, ya qoma zaidunâ ini saja pakai sebagai penangkal,â Seru Kyai dengan tegas dan mantap. âSudah, Pak Kyai?â Ujar para petani dengan nada ragu dan tanda tanya. âYa sudah,â Jawab Mbah Kholil menandaskan. Mereka puas mendapatkan penangkal dari Mbah Kholil. Para petani pulang ke rumah mereka masing-masing dengan keyakinan kemujaraban penangkal dari Mbah Kholil. Keesokan harinya, seperti biasanya petani ladang timun pergi ke sawah masing-masing. Betapa terkejutnya mereka melihat pemandangan di hadapannya. Sejumlah pencuri timun berdiri terus-menerus tidak bisa duduk. Maka tak ayal lagi, semua maling timun yang selama ini merajalela diketahui dan dapat ditangkap. Akhirnya penduduk berdatangan ingin melihat maling yang tidak bisa duduk itu, semua upaya telah dilakukan, namun hasilnya sia-sia. Semua maling tetap berdiri dengan muka pucat pasi karena ditonton orang yang semakin lama semakin banyak. Satu-satunya jalan agar para maling itu bisa duduk, maka diputuskan wakil petani untuk sowan ke Mbah Kholil lagi. Tiba di kediaman Mbah Kholil, utusan itu diberi obat penangkal. Begitu obat disentuhkan ke badan maling yang sial itu, akhirnya dapat duduk seperti sedia kala. Dan para pencuri itupun menyesal dan berjanji tidak akan mencuri lagi di ladang yang selama ini menjadi sasaran empuk pencurian. Maka sejak saat itu, petani timun di daerah Bangkalan menjadi aman dan makmur. Sebagai rasa terima kasih kepada Mbah Kholil, mereka menyerahkan hasil panenannya yaitu timun ke pondok pesantren berdokar-dokar. Sejak itu, berhari-hari para santri di pondok kebanjiran timun, dan hampir-hampir di seluruh pojok-pojok pondok pesantren dipenuhi dengan timun. h. Kisah Ketinggalan Kapal Laut Kejadian ini pada musim haji. Kapal laut pada waktu itu, satu-satunya angkutan menuju Mekkah. Semua penumpang calon haji naik ke kapal dan bersiap-siap, tiba-tiba seorang wanita berbicara kepada suaminya âPak, tolong saya belikan anggur, saya ingin sekali,â Ucap istrinya dengan memelas. âBaik, kalau begitu. Mumpung kapal belum berangkat, saya akan turun mencari anggur,â Jawab suaminya sambil bergegas ke luar kapal. Suaminya mencari anggur di sekitar ajungan kapal, nampaknya tidak ditemui penjual buah anggur seorangpun. Akhirnya dicobanya masuk ke pasar untuk memenuhi keinginan istrinya tercinta. Dan meski agak lama, toh akhirnya anggur itu didapat juga. Betapa gembiranya sang suami mendapatkan buah anggur itu. Dengan agak bergegas, dia segera kembali ke kapal untuk menemui isterinya. Namun betapa terkejutnya setelah sampai ke ajungan, kapal yang akan ditumpangi semakin lama semakin menjauh. Sedih sekali melihat kenyataan ini. Ia duduk termenung tidak tahu apa yang mesti diperbuat. Di saat duduk memikirkan nasibnya, tiba-tiba ada seorang laki-laki datang menghampirinya. Dia memberikan nasihat âDatanglah kamu kepada Mbah Kholil Bangkalan, utarakan apa musibah yang menimpa dirimu!â Ucapnya dengan tenang. âMbah Kholil?â Pikirnya. âSiapa dia, kenapa harus ke sana, bisakah dia menolong ketinggalan saya dari kapal?â Begitu pertanyaan itu berputar-putar di benaknya. âSegeralah ke Mbah Kholil minta tolong padanya agar membantu kesulitan yang kamu alami, insya Allah,â Lanjut orang itu menutup pembicaraan. Tanpa pikir panjang lagi, berangkatlah sang suami yang malang itu ke Bangkalan. Setibanya di kediaman Mbah Kholil, langsung disambut dan ditanya âAda keperluan apa?â Lalu suami yang malang itu menceritakan apa yang dialaminya mulai awal hingga datang ke Mbah Kholil. Tiba-tiba Kyai itu berkata âLho, ini bukan urusan saya, ini urusan pegawai pelabuhan. Sana pergi!â Lalu suami itu kembali dengan tangan hampa. Sesampainya di pelabuhan sang suami bertemu lagi dengan orang laki-laki tadi yang menyuruh ke Mbah Kholil, lalu bertanya âBagaimana, sudah bertemu Mbah Kholil?â âSudah, tapi saya disuruh ke petugas pelabuhan,â Katanya dengan nada putus asa. âKembali lagi, temui Mbah Kholil!â Ucap orang yang menasehati dengan tegas tanpa ragu. Maka sang suami yang malang itupun kembali lagi ke Mbah Kholil. Begitu dilakukannya sampai berulang kali. Baru setelah ketiga kalinya, Mbah Kholil berucap âBaik kalau begitu, karena sampeyan ingin sekali, saya bantu sampeyan.â âTerima kasih Kyai,â Kata sang suami melihat secercah harapan. âTapi ada syaratnya,â Ucap Mbah Kholil. âSaya akan penuhi semua syaratnya,â Jawab orang itu dengan sungguh-sungguh. Lalu Mbah Kholil berpesan âSetelah ini, kejadian apapun yang dialami sampeyan jangan sampai diceritakan kepada orang lain, kecuali saya sudah meninggal. Apakah sampeyan sanggup?â Seraya menatap tajam. âSanggup Kyai,â Jawabnya spontan. âKalau begitu ambil dan pegang anggurmu pejamkan matamu rapat-rapat,â Kata Mbah Kholil. Lalu sang suami melaksanakan perintah Mbah Kholil dengan patuh. Setelah beberapa menit berlalu dibuka matanya pelan-pelan. Betapa terkejutnya dirinya sudah berada di atas kapal tadi yang sedang berjalan. Takjub heran bercampur jadi satu, seakan tak mempercayai apa yang dilihatnya. Digosok-gosok matanya, dicubit lengannya. Benar kenyataan, bukannya mimpi, dirinya sedang berada di atas kapal. Segera ia temui istrinya di salah satu ruang kapal. âIni anggurnya, dik. Saya beli anggur jauh sekali,â Dengan senyum penuh arti seakan tidak pernah terjadi apa-apa dan seolah-olah datang dari arah bawah kapal. Padahal sebenarnya dia baru saja mengalami peristiwa yang dahsyat sekali yang baru kali ini dialami selama hidupnya. Terbayang wajah Mbah Kholil. Dia baru menyadarinya bahwa beberapa saat yang lalu, sebenarnya dia baru saja berhadapan dengan seseorang yang memiliki karomah yang sangat luar biasa. i. Kyai Kholil dipenjara oleh Penjajah Masa hidup Kiai Kholil, tidak luput dari gejolak perlawanan terhadap penjajah. Tetapi, dengan caranya sendiri Kiai Kholil melakukan perlawanan; pertama, ia melakukannya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang ini, Kiai Kholil mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pemimpin yang berilmu, berwawasan, tangguh dan mempunyai integritas, baik kepada agama maupun bangsa. Ini dibuktikan dengan banyaknya pemimpin umat dan bangsa yang lahir dari tangannya; salah satu di antaranya Kiai Hasyim Asyâari, Pendiri Pesantren Tebuireng. Cara yang kedua, Kiai Kholil tidak melakukan perlawanan secara terbuka, melainkan ia lebih banyak berada di balik layar. Realitas ini tergambar, bahwa ia tak segan-segan untuk memberi suwuk mengisi kekuatan batin, tenaga dalam kepada pejuang, pun Kiai Kholil tidak keberatan pesantrennya dijadikan tempat persembunyian. Ketika pihak penjajah mengetahuinya, Kiai Kholil ditangkap dengan harapan para pejuang menyerahkan diri. Tetapi, ditangkapnya Kiai Kholil, malah membuat pusing pihak Belanda; karena ada kejadian-kejadian yang tidak bisa mereka mengerti; seperti tidak bisa dikuncinya pintu penjara, sehingga mereka harus berjaga penuh supaya para tahanan tidak melarikan diri. Di hari-hari selanjutnya, ribuan orang datang ingin menjenguk dan memberi makanan kepada Kiai Kholil, bahkan banyak yang meminta ikut ditahan bersamanya. Kejadian tersebut menjadikan pihak Belanda dan sekutunya merelakan Kiai Kholil untuk di bebaskan saja. j. Kyai kholil berguru ke kyai pasuruan Ketika Kiai Kholil masih muda, dia mendengar bahwa di Pasuruan ada seÂorang kiai yang sangat sakti mandraÂguna. Namanya Abu Darin. Kholil muda ingin sekali belajar kepada Abu Darin. SemaÂngat untuk menimba ilmu itu begitu mengÂgebu-gebu pada dirinya sehingga jarak tempuh yang begitu jauh dari BangÂkalan di Pulau Madura ke Pasuruan di Pulau Jawa tidak dianggapnya sebagai rintangÂan berarti, meski harus berjalan kaki. Namun apa daya, sesampainya Kholil muda di Desa Wilungan, Pasuruan, temÂpat kiai Abu Darin membuka pesantren, ternyata Kiai Abu Darin sudah wafat. Dia meninggal hanya beberapa hari sebelum kedatangan Kholil muda. Habislah haÂrapannya untuk mewujudkan cita-citaÂnya berguru kepada kiai yang mempuÂnyai ilmu tinggi tersebut. Dengan langkah gontai karena capai fisik dan penat mental, hari berikutnya KhoÂlil bertaâziyah ke makam Kiai Abu DaÂrin. Di depan pusara Kiai Darin, Kholil membaca Al-Qurâan hingga 40 hari. Dan pada hari yang ke-41, ketika Kholil teÂngah ketiduran di makam, Kiai Abu Darin hadir dalam mimpinya. Dalam kesempatan itu almarhum mengatakan kepada Kholil, âNiatmu untuk belajar sungguh terpuji. Telah aku ajarkan keÂpadamu beberapa ilmu, maka peliharalah.â Kholil lalu terbangun, dan serta merta dia sudah hafal kandungan kitab Imrithi, Asymuni, dan Alfiyah, kitab utama peÂsantren itu. Subhanallah. k. Melindungi calon santrinya dari musibah Pada kisah yang lain, Kiai Kholil berÂusaha melindungi calon santrinya dari musibah, padahal dia berada di BangÂkalan, sementara si calon santri di teÂngah Alas Roban, Batang, Pekalongan. Menurut cerita si calon santri yang berÂnama Muhammad Amin, ia berangÂkat dari Kempek, Cirebon, bersama lima orang temannya, menuju Bangkalan, MaÂdura, untuk berguru kepada Kiai KhoÂlil. Mereka tidak membawa bekal apa-apa kecuali beberapa lembar sarung, baju, dan celana untuk tidur, parang, serÂta thithikan, alat pemantik api yang terÂbuat dari batu. Setelah berjalan kaki berhari-hari, menerobos hutan dan menyeberangi sungai, mereka sampai di tepi Hutan Roban di luar kota Batang, Pekalongan. Hutan itu terkenal angker, sehingga tidak ada yang berani merambahnya. Pohon-pohon yang ada di hutan itu beÂsar-besar, semak belukar sangat tinggi, banyak binatang buas di dalamnya. NaÂmun yang lebih menyeramkan, banyak perampok yang berkeliaran di tepi hutan itu. Mereka perampok yang kejam dan tidak segan-segan membantai mangsaÂnya kalau melawan. Menjelang malam, tatkala enam orang calon santri itu sedang mencari temÂpat untuk tidur, tiba-tiba muncul seÂsosok laki-laki. Namun karena tampangÂnya biasa-biasa saja, mereka tidak meÂnaruh curiga. Bahkan orang itu kemudiÂan bertanya apa mereka punya thithikan, karena ia akan menyulut rokok. Namun setelah benda itu dipegangÂnya, ia mengatakan bahwa batu itu terÂlalu halus sehingga sulit dipakai untuk membuat api. âMasih perlu dibikin kasar sedikit,â kata orang itu sambil memasukÂkan batu tersebut ke mulutnya lalu mengÂgigitnya seÂhingga pecah menjadi dua. Terbelalak mata enam orang calon santri itu menyaksikan kekuatan mulut laki-laki itu. Mereka gemetar ketakutan. âSerahkan barang-barang kalian,â hardik orang itu. Amin, yang paling berani di antara meÂreka, menjawab, âKalau barang-baÂrang kami diambil, kami tidak bisa meÂlanjutkan perjalanan ke Bangkalan.â Mendengar kata âBangkalanâ, orang itu tampak waswas. âMengapa kalian ke sana?â dia balik bertanya. âKami mau berguru kepada Mbah Kholil,â jawab Amin. Tersentak laki-laki itu, seperti pemÂburu tergigit ular berbisa. Wajahnya puÂcat pasi, bibirnya menggigil. âJadi kalian mau nyantri sama Kiai Kholil?â âBetul,â sahut enam calon santri itu berÂsamaan. Mereka gembira karena meÂrasa tidak akan dirampok. Tapi dugaan itu meleset. âKalau begitu, serahkan semua baÂrangmu kepadaku,â kata lelaki itu. âKaliÂan tidur saja di sini, dan aku akan menÂjaga kalian semalaman.â Makin ketakutan saja para remaja itu. Mereka kemudian memang membaringÂkan badan tapi mata tidak bisa diajak tidur semaÂlaman. Maut seakan sudah dekat saja. Keesokan harinya, selepas mereka shalat Subuh, lelaki itu mengajak mereka pergi. âAyo kita berangkat,â ujarnya. âKe mana ?â tanya para calon santri. âAkan kuantar kalian ke luar dari huÂtan ini agar tidak diganggu oleh peramÂpok lain,â jawabnya tampak ramah. Dalam hati mereka bertanya-tanya, apa maunya orang ini. Namun sebelum pertanyaan itu terjawab, orang itu berÂkata. âSebenarnya kalian akan aku ramÂpok, dan menjual kalian kepada onderÂneming untuk dijadikan kuli kontrak di luar Jawa. Tapi ilmu saya akan berbalik mencelakakan diri saya kalau berani mengganggu para calon santri Kiai Kholil. Sebab guru saya pernah dikalahÂkan Kiai Kholil dengan ilmu putihnya.â Maka enam remaja dari Kempek itu kian mantap untuk nyantri ke Bangkalan. Terlebih lagi baru di perjalanan saja unÂtuk menuju pesantren Kiai Kholil mereka telah memperoleh karamah dari pemimÂpin pesantren tersebut. l. Kedatangan macan Suatu hari di bulan Syawal. Kiai Kholil tiba-tiba memanggil santrinya. Anak-anakku, sejak hari ini kalian harus memperketat penjagaan pondok pesantren. Pintu gerbang harus senantiasa dijaga, sebentar lagi akan ada macan masuk ke pondok kita ini.â Kata Syeikh Kholil agak serius. Mendengar tutur guru yang sangat dihormati itu, segera para santri mempersiapkan diri. Waktu itu sebelah timur Bangkalan memang terdapat hutan-hutan yang cukup lebat dan angker. Hari demi hari, penjagaan semakin diperketat, tetapi macan yang ditungu-tunggu itu belum tampak juga. Memasuki minggu ketiga, datanglah ke pesantren pemuda kurus, tidak berapa tinggi berkulit kuning langsat sambil menenteng kopor seng. Sesampainya di depan pintu rumah SyeikhKholil, lalu mengucap salam. Mendengar salam itu, bukan jawaban salam yang diterima, tetapi Kiai malah berteriak memanggil santrinya ; Hey santri semua, ada macanâŚ.macan.., ayo kita kepung. Jangan sampai masuk ke pondok.â Seru Syeikh Kholil bak seorang komandan di medan perang. Mendengar teriakan Syeikh kontan saja semua santri berhamburan, datang sambil membawa apa yang ada, pedang, clurit, tongkat, pacul untuk mengepung pemuda yang baru datang tadi yang mulai nampak kelihatan pucat. Tidak ada pilihan lagi kecuali lari seribu langkah. Namun karena tekad ingin nyantri ke Syeikh Kholil begitu menggelora, maka keesokan harinya mencoba untuk datang lagi. Begitu memasuki pintu gerbang pesantren, langsung disongsong dengan usiran ramai-ramai. Demikian juga keesokan harinya. Baru pada malam ketiga, pemuda yang pantang mundur ini memasuki pesantren secara diam-diam pada malam hari. Karena lelahnya pemuda itu, yang disertai rasa takut yang mencekam, akhirnya tertidur di bawah kentongan surau. Secara tidak diduga, tengah malam Syeikh Kholil datang dan membantu membangunkannya. Karuan saja dimarahi habis-habisan. Pemuda itu dibawa ke rumah Syeikh Kholil. Setelah berbasa-basi dengan seribu alasan. Baru pemuda itu merasa lega setelah resmi diterima sebagai santri Syeikh Kholil. Pemuda itu bernama Abdul Wahab Hasbullah. Kelak kemudian hari santri yang diisyaratkan macan itu, dikenal dengan nama KH. Wahab Hasbullah, seorang Kiai yang sangat alim, jagoan berdebat, pembentuk komite Hijaz, pembaharu pemikiran. Kehadiran KH Wahab Hasbullah di mana-mana selalu berwibawa dan sangat disegani baik kawan maupun lawan bagaikan seekor macan, seperti yang diisyaratkan Syeikh Kholil. m. Santri yang tidak ikut jamaah Dan diantara karomahnya, pada suatu hari menjelang pagi, santri bernama Bahar dari Sidogiri merasa gundah, dalam benaknya tentu pagi itu tidak bisa sholat subuh berjamaah. Ketidak ikutsertaan Bahar sholat subuh berjamaah bukan karena malas, tetapi disebabkan halangan junub. Semalam Bahar bermimpi tidur dengan seorang wanita. Sangat dipahami kegundahan Bahar. Sebab wanita itu adalah istri Kiai Kholil, istri gurunya. Menjelang subuh, terdengar Kiai Kholil marah besar sambil membawa sebilah pedang seraya berucapâSantri kurang ajar.., santri kurang ajarâŚ..Para santri yang sudah naik ke masjid untuk sholat berjamaah merasa heran dan tanda tanya, apa dan siapa yang dimaksud santri kurang ajar itu. Subuh itu Bahar memang tidak ikut sholat berjamaah, tetapi bersembunyi di belakang pintu masjid. Seusai sholat subuh berjamaah, Kiai Kholil menghadapkan wajahnya kepada semua santri seraya bertanya ; Siapa santri yang tidak ikut berjamaah?â Ucap Kiai Kholil nada menyelidik. Semua santri merasa terkejut, tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu. Para santri menoleh ke kanan-kiri, mencari tahu siapa yang tidak hadir. Ternyata yang tidak hadir waktu itu hanyalah Bahar. Kemudian Kiai Kholil memerintahkan mencari Bahar dan dihadapkan kepadanya. Setelah diketemukan lalu dibawa ke masjid. Kiai Kholil menatap tajam-tajam kepada bahar seraya berkata ; Bahar, karena kamu tidak hadir sholat subuh berjamaah maka harus dihukum. Tebanglah dua rumpun bambu di belakang pesantren dengan petok ini Perintah Kiai Kholil. Petok adalah sejenis pisau kecil, dipakai menyabit rumput. Setelah menerima perintah itu, segera Bahar melaksanakan dengan tulus. Dapat diduga bagaimana Bahar menebang dua rumpun bambu dengan suatu alat yang sangat sederhana sekali, tentu sangat kesulitan dan memerlukan tenaga serta waktu yang lama sekali. Hukuman ini akhirnya diselesaikan dengan baik. Alhamdulillah, sudah selesai, Kiai Ucap Bahar dengan sopan dan rendah hati. Kalau begitu, sekarang kamu makan nasi yang ada di nampan itu sampai habis, Perintah Kiai kepada lagi santri Bahar dengan patuh menerima hukuman dari Kiai Kholil. Setelah Bahar melaksanakan hukuman yang kedua, santri Bahar lalu disuruh makan buah-buahan sampai habis yang ada di nampan yang telah tersedia. Mendengar perintah ini santri Bahar melahap semua buah-buahan yang ada di nampan itu. Setelah itu santri Bahar diusir oleh Kiai Kholil seraya berucap ; Hai santri, semua ilmuku sudah dicuri oleh orang ini ucap Kiai Kholil sambil menunjuk ke arah Bahar. Dengan perasaan senang dan mantap santri Bahar pulang meninggalkan pesantren Kiai Kholil menuju kampung halamannya. Memang benar, tak lama setelah itu, santri yang mendapat isyarat mencuri ilmu Kiai Kholil itu, menjadi Kiai yang sangat alim, yang memimpin sebuah pondok pesantren besar di Jawa Timur. Kia beruntung itu bernama Kiai Bahar, seorang Kiai besar dengan ribuan santri yang diasuhnya di Pondok Pesantren Sido Giri, Pasuruan, Jawa Timur. n. Kedatangan habib Suatu hari menjelang sholat magrib. Seperti biasanya Kiai Kholil mengimami jamaah sholat bersama para santri Kedemangan. Bersamaan dengan Kiai Kholil mengimami sholat, tiba-tiba kedatangan tamu berbangsa Arab. Orang Madura menyebutnya Habib. Seusai melaksanakan sholat, Kiai Kholil menemui tamunya, termasuk orang Arab yang baru datang itu. Sebagai orang Arab yang mengetahui kefasihan Bahasa Arab. Habib menghampiri Kiai Kholil seraya berucap ; Kiai, bacaan Al- Fatihah antum anda kurang fasih tegur Habib. Setelah berbasa-basi beberapa saat. Habib dipersilahkan mengambil wudlu untuk melaksanakan sholat magrib. Tempat wudlu ada di sebelah masjid itu. Silahkan ambil wudlu di sana ucap Kiai sambil menunjukkan arah tempat wudlu. Baru saja selesai wudlu, tiba-tiba sang Habib dikejutkan dengan munculnya macan tutul. Habib terkejut dan berteriak dengan bahasa Arabnya, yang fasih untuk mengusir macan tutul yang makin mendekat itu. Meskipun Habib mengucapkan Bahasa Arab sangat fasih untuk mengusir macan tutul, namun macan itu tidak pergi juga. Mendengar ribut-ribut di sekitar tempat wudlu Kiai Kholil datang menghampiri. Melihat ada macan yang tampaknya penyebab keributan itu, Kiai Kholil mengucapkan sepatah dua patah kata yang kurang fasih. Anehnya, sang macan yang mendengar kalimat yang dilontarkan Kiai Kholil yang nampaknya kurang fasih itu, macan tutul bergegas menjauh. Dengan kejadian ini, Habib paham bahwa sebetulnya Kiai Kholil bermaksud memberi pelajaran kepada dirinya, bahwa suatu ungkapan bukan terletak antara fasih dan tidak fasih, melainkan sejauh mana penghayatan makna dalam ungkapan itu. o. Berselisih Suatu Ketika Habib Jindan bin Salim berselisih pendapat dengan seorang ulama, manakah pendapat yang paling sahih dalam ayat Maliki yaumiddinâ, maliki-nya dibaca maalikiâ dengan memakai alif setelah mim, ataukah malikiâ tanpa alif.Setelah berdebat tidak ada titik temu. Akhirnya sepakat untuk sama-sama datang ke Kiyahi Keramat; Kiyahi Kholil bangkalan. Ketika itu Kiyahi yang jadi maha guru para kiyahi pulau Jawa itu sedang duduk didalam mushala, saat rombongan Habib Jindan sudah dekat ke Mushola sontak saja kiyahi Kholil berteriak. Maaliki yaumiddin ya Habib, Maaliki yaumiddin Habib, teriak Kiyahi Kholil bangkalan menyambut kedatangan Habib Jindan. Tentu saja dengan ucapan selamat datang yang aneh itu, sang Habib tak perlu bersusah payah menceritakan soal sengketa Maliki yaumiddin ataukah maaliki yaumiddin itu. Demikian cerita Habib Lutfi bin Yahya ketika menjelaskan perbendaan pendapat ulama dalam bacaan ayat itu pada Tafsir Thabari. p. Didatangi tamu Di Bangkalan Madura, hidup sepasang suami-isteri yang cukup bahagia. Pada suatu hari, sang suami berkata kepada isterinya. âBu, saya ingin sekali sowan berkunjung ke Kyai Kholil,â katanya pada suatu pagi. âItu bagus sekali Pak, tetapi apa yang akan kita bawa sebagai oleh-oleh kepada Kyai Kholil, kita tidak mempunyai apa-apa kecuali sebuah bentul,â jawab isterinya. âTidak apa-apa, bentul itu saja yang kita bawa. Asalkan kita ikhlas, Insya Allah akan diterima,â tegas sang suami meyakinkan isterinya. Maka berangkatlah suami isteri tersebut ke Kyai Kholil. Dengan berbekal tawakkal dan sebuah bentul, mereka yakin akan diterima Kyai Kholil dengan baik. Bentul adalah makanan sangat sederhana sejenis talas. Sesampainya di kediaman Kyai Kholil kedatangannya sudah ditunggu. Mereka disambut dengan hangat. âKyai, saya tidak membawa apa-apa, hanya sebuah bentul ini yang bisa kami haturkan untuk Kyai.â ucap sang suami rada malu-malu. âWah kebetulan, saya memang ingin makan bentul,â jawab Kyai Kholil menghibur. Kemudian Kyai Kholil memanggil beberapa santri dan menyuruhnya untuk merebus bentul yang baru diterimanya itu. Tak lama setelah itu, santri datang membawa bentul yang sudah direbus itu. Kyai Kholil kelihatan sangat senang dan suka terhadap bentul itu, lalu dimakannya sampai habis. Suami-isteri yang sowan ke Kyai Kholil itu merasa senang, sebab apa yang dikhawatirkan selama ini menjadi kegembiraan. Beberapa hari kemudian, suami-isteri itu ingin sowan kembali ke kyai Kholil. Masih segar di ingatan suami isteri itu akan kesukaan Kyai Kholil. Kali ini, tidak seperti terdahulu. Mereka membawa oleh-oleh bentul sebanyak-banyaknya dengan harapan Kyai Kholil sangat senang menerimanya. Maka berangkatlah suami isteri tersebut ke ulama karismatik itu. Tidak seperti dahulu, dugaan mereka meleset. Mereka disambut dingin. Begitu juga dengan oleh-oleh yang banyak itu. Kyai Kholil tidak menerima oleh-olehnya dan disuruh bawa pulang kembali. Pada saat mereka pulang disadarinya apa yang telah mereka lakukan selama ini. Ternyata, oleh-oleh bentul yang pertama diniatkan semata-mata karena keikhlasan dan tawakkal kepada Allah, sedangkan sowan yang kedua tidak dilanda ikhlas, tetapi rasa pamrih. Mereka meyakini atas kekuatannya sendiri dan merasa dirinya mampu membawa oleh-oleh kepada kyai. Dan itu sangat tidak disukai Kyai Kholil. q. Hanya disuruh perbanyak baca istighfar Suatu hari Kyai Kholil kedatangan tiga tamu yang menghadap secara bersamaan. Sang kyai bertanya kepada tamu yang pertama âSampeyan ada keperluan apa?â âSaya pedagang, Kyai. Tetapi hasil tidak didapat, malah rugi terus-menerus,â ucap tamu pertama. Beberapa saat Kyai Kholil menjawab, âJika kamu ingin berhasil dalam berdagang, perbanyak baca istighfar,â pesan kyai mantap. Kemudian kyai bertanya kepada tamu keduaâSampeyan ada keperluan apa?â âSaya sudah berkeluarga selama 18 tahun, tapi sampai saat ini masih belum diberi keturunan,â kata tamu kedua. Setelah memandang kepada tamunya itu, Kyai Kholil menjawab, âJika kamu ingin punya keturunan, perbanyak baca istighfar,â tandas kyai. Kini, tiba giliran pada tamu yang ketiga. Kyai juga bertanya, âSampeyan ada keperluan apa?â âSaya usaha tani, Kyai. Namun, makin hari hutang saya makin banyak, sehingga tak mampu membayarnya, â ucap tamu yang ketiga, dengan raut muka serius. âJika kamu ingin berhasil dan mampu melunasi hutangmu, perbanyak baca istighfar,â pesan kyai kepada tamu yang terakhir. Berapa murid Kyai Kholil yang melihat peristiwa itu merasa heran. Masalah yang berbeda, tapi dengan jawaban yang sama, resep yang sama, yaitu menyuruh memperbanyak membaca istighfar. Kyai Kholil mengetahui keheranan para santri. Setelah tamunya pulang, maka dipanggillah para santri yang penuh tanda tanya itu. Lalu, Kyai Kholil membacakan al-Qurâan Surat Nuh ayat 10-12. Mendengar jawaban kyai ini, para santri mengerti bahwa jawaban itu memang merupakan janji Allah bagi siapa yang memperbanyak baca istighfar. Memang benar. Tak lama setelah kejadian itu, ketiga tamunya semuanya berhasil apa yang dihajatkan. Ketika anda tidak sampai kehadirat-Nya sudah pasti anda sangat heran dengan ucapan orang-orang yang sudah bermakrifat, bisa berjumpa dengan Malaikat, berjumpa dengan Rasulullah SAW dan melihat Allah SWT, dan anda menganggap itu sebuah kebohongan dan sudah pasti anda mengumpulkan lagi puluhan bahkan ratusan dalil untuk membantah ucapan para ahli makrifat tersebut dengan dalil yang menurut anda sudah benar, padahal kadangkala dalil yang anda berikan justru sangat mendukung ucapan para Ahli Makrifat cuma sayangnya matahati anda dibutakan oleh hawa nafsu, dalam Al-Qurâan disebuat Khatamallahu ala Qulubihim Tertutup mata hati mereka itulah hijab yang menghalangi anda menuju Tuhan. -Salam taâdzim-
Chris Oyakhilome Net Worth Chris Oyakhilome is a Nigerian televangelist and faith healer who has a net worth of $50 million. Popularly known as the "Pastor Chris", Chris Oyakhilome is the founder and founding president of Believers' LoveWorld Incorporated aka "Christ Embassy", a Bible-based Christian ministry with headquarters in Lagos, Nigeria. The ministry has a handful of arms including the Healing School, Rhapsody of Realities and an called the Innercity Missions along with some three Christian television channels LoveWorld TV, LoveWorld SAT and LoveWorld Plus. One of the most influential preachers in Africa, Chris Oyakhilome has started to hone his orator skill ever since his secondary and tertiary school days. Blessed with a natural charisma, he eventually managed to gather more than million people in a single night's event through Oyakhilome's television programs that feature his faith healings, miracles and large meetings. However, he was involved in a $35 million money laundering case in which he was accused of transferring funds from his church to foreign banks. Having pleaded no wrongdoing, he eventually got free of charge and the case was dismissed. Furthermore, he was severely criticized by the Treatment Action Campaign for his support of faith healing as a way to cure HIV. Richest Pastors in Nigeria How Folorunsho Alakija Went From Humble Secretary To Multi-Billionaire Oil Tycoon Indian Billionaire And Yogi Claim They Have A 100% Herbal Cure For Covid-19 â Experts Disagree All net worths are calculated using data drawn from public sources. When provided, we also incorporate private tips and feedback received from the celebrities or their representatives. While we work diligently to ensure that our numbers are as accurate as possible, unless otherwise indicated they are only estimates. We welcome all corrections and feedback using the button we make a mistake?Submit a correction suggestion and help us fix it!
ORANG Indonesia sering menyebut âkaromahâ dengan âkeramatâ yang berkonotasi sakral atau kudus. Bagi orang Banten, baik Jawa maupun Sunda, justru kata âkeramatâ itu dikonotasikan dengan sesuatu yang menyeramkan. âAwas, jangan lewat situ, ada kuburan keramat.â Ketakutan-ketakutan tak beralasan yang sering dihembuskan para tetua leluhur berikut macam-macam pamali dan pantangan, yang sebagian tidak masuk akal, justru menghambat kreativitas dan produktivitas orang Banten itu sendiri. Ingin saya jelaskan dulu bahwa kata âkaromahâ berasal dari bahasa Arab, yang berarti âkemuliaanâ atau âanugerah yang muliaâ. Pengertian ini dapat digambarkan dengan sebuah cerita yang dialami Ustaz Sulaiman Effendi, murid dari Kiai Rifaâi Arief pendiri Daar el-Qolam, ketika ia akan mendirikan pondok pesantren, dengan nama âManahijussadatâ, yang berarti jalan hidup bagi orang-orang mulia. Berawal dari silaturahmi seorang alumni Tebuireng, Rafiuddin di kediaman Ustaz Sulaiman Effendi. Ia memberitahukan bahwa di daerah Cibadak, Rangkasbitung, ada seseorang yang ingin menjual tanah seluas m2. Setelah adanya kecocokan mengenai lokasi dan situasi setempat, kontan Ustaz Sulaiman menemui pemilik tanah tersebut, yakni H. Syarjawi yang menentukan harga senilai Rp. saat itu tahun 1995, sebelum krisis moneter. Ustaz Sulaiman merasa kebingungan, dari mana uang sebesar itu mesti didapatkan. Keinginan ada, harapan begitu tinggi, obsesi begitu memuncak, doa-doa sudah dipanjatkan siang-malam. Tapi, dari mana uang sebanyak itu bisa diperoleh? Tak berapa lama, Ustaz Sulaiman diundang untuk mengisi acara khutbah Jumat di masjid Al-Hidayah, komplek perumahan Bank Indonesia, Jakarta. Selepas salat Jumat, seorang sahabatnya yang tinggal di sekitar komplek itu, yang juga bernama H. Sulaiman mantan konsultan BTN tiba-tiba mengundangnya untuk makan siang di rumahnya. Seusai makan siang, tiba-tiba terlontar ucapan dari sahabatnya itu âUstaz Sulaiman, dulu saya pernah mendengar kabar bahwa Ustaz bercita-cita mendirikan pesantren, apakah keinginan itu masih ada di hati Ustaz?â âInsya Allah, mudah-mudahan Allah memberikan jalan, doakan saja Pak Haji.â âBegini, Ustaz Sulaiman,â ia menggeser kursinya lebih mendekat, âSaya punya perhiasan dari peninggalan almarhum istri saya. Saya sudah rundingkan dengan anak-anak bahwa perhiasan ini akan diwakafkan untuk pendidikan pesantren, dan mereka semua sudah sepakat. Jadi, kalau Ustaz Sulaiman jual semua perhiasan ini, kira-kira harganya mencapai 6 juta rupiah. Saya harap Ustaz Sulaiman tetap istiqomah, dan rela menerima pemberian dari saya ini.â âBaiklah, Pak Haji, nanti akan saya persiapkan berkas-berkasnya terlebih dahulu.â Dan mereka pun saling berjabatan tangan dengan mantap. baca âRoman Biografis Sulaiman Effendiâ, bab 7. Pindahnya Pesantren Al-Mizan Karomah yang dialami Kiai Anang Azharie, pengasuh ponpes Al-Mizan tidak kalah menarik. Sejak langkah-langkah pertama Kiai Anang sudah menggagas nama pesantrennya âDaar El-Mizanâ, yang mengandung arti âpertimbanganâ atau ârumah timbanganâ. Bahwa hidup manusia harus punya timbangan ilmu dan amal, lahir dan batin, religius dan rasional, bahkan duniawi dan ukhrawi. Pada perkembangan selanjutnya pemberian nama tersebut lebih dibikin simpel menjadi âAl-Mizanâ. Yayasan pun kemudian bernama âAl-Mizanâ, telah dibuatkan akte notarisnya pada tanggal 15 Maret 1993. Sejak tahun inilah pendaftaran santri dibuka, dan tahun ajaran pertama diselenggarakan dengan menampung jumlah santri sebanyak 67 orang, yang berasal dari daearah Rangkasbitung, Serang, Labuan hingga Karawang. Tokoh-tokoh masyarakat Kapugeuran dan sekitarnya diundang untuk turut-serta mendukung dan mendoakan kehadiran pesantren Al-Mizan, dengan pemimpinnya Kiai Anang Azharie, serta didukung oleh istrinya Ustadzah Nunung Khairiyah yang bertindak selaku pendidik dan pengasuh santriwati. Di tahun ajaran kedua 1994, jumlah santri meningkat, hingga dibutuhkan sekitar empat ruang kelas. Konsekuensinya, salah satu kelas terpaksa beratapkan plastik tanpa dinding. Setelah tiga bulan, atap plastik itu pun keropos dan bobrok, hingga kemudian digantinya dengan atap seng yang agak permanen. Pada tahun-tahun ini Pesantren Al-Mizan belum memiliki fasilitas dan sarana yang memadai untuk kegiatan santri dalam beribadah maupun berolahraga. Dalam aktifitas salat berjamaah para santri dan guru masih bergabung dengan masyarakat Kapugeuran di mushalla kampung, sedangkan pelaksanaan salat Jumat masih di mesjid agung Al-Aâraf di alun-alun Rangkasbitung. Adapun fasilitas dan sarana olahraga, para santri Al-Mizan masih memanfaatkan semua fasilitas yang berada di sekitar alun-alun, seperti sepak bola, volley, basket, hingga lari marathon. Bersama Ustadzah Nunung, Kiai Anang Azharie terus bertekad untuk berkiprah di dunia pendidikan, sampai akhirnya merancang suatu agenda baru untuk mengasramakan para santrinya di suatu kampung terpencil, yang masih dikelilingi oleh hutan-hutan belantara. Ketika saya mewawancarai Kiai Anang kelahiran Kresek, sekampung dengan Wapres Maâruf Amin untuk program penulisan buku âJejak dan Pemikiran Pengasuh Ponpes Al-Mizanâ Fikra Publishing, Jakarta, 2013, di kampung terpencil tempat awal-mula berpindahnya santri Al-Mizan diasramakan, saya tanyakan pada beliau âPak Kiai, apa nama desa di sekitar sini?â âDesa Ancol, kecamatan Rangkasbitung, Lebak.â âKalau nama kampung di sekitar sini?â âKampung Narimbang, dari bahasa apa itu, Fis?â Kami terdiam sejenak. Dengan pandangan menerawang, saya pun menjelaskan, âBerarti, sejak tahun 1994 Pak Kiai memindahkan santri-santri Al-Mizan di suatu kampung yang bernama Narimbang. Ia berasal dari bahasa Sunda yang berarti menimbang atau pertimbangan.â âAstaghfirullah al-adzimâŚ.â Pengalaman Kiai Al-Bayan Tidak selamanya berjalan lancar. Baik sebelum mendirikan pesantren maupun selama merawat dan menjalankannya. Segala hal ada saja kendalanya. Baik soal keluarga besar pondok maupun santri yang bermasalah, atau bahkan soal logistik yang sangat terbatas. Cerita yang dialami Eeng Nurhaeni, pendiri dan pengasuh pesantren Al-Bayan ini, saya sampaikan berdasarkan âoral historyâ dari hasil pertemuan di kediamannya, setelah saya menjalankan ibadah umrah beberapa tahun lalu. Alkisah, di musim kemarau sekitar tahun 2002, banyak petani yang gagal panen. Perkebunan juga banyak mengalami problem kekeringan. Akibatnya, seperti matarantai yang saling berhubungan. Harga beras mahal, sayur-mayur dan rempah-rempah begitu juga. Dan konsekuensinya, infak bulanan dari para wali santri banyak yang menunggak, sulit untuk bisa diandalkan. Sementara itu, stok beras di gudang pesantren Al-Bayan, setelah ditengok oleh Kiai Eeng, hanya tersisa setengah karung yang pasti akan habis untuk makan santri selama satu hari itu. Lalu, besok dan lusa mereka mau makan apa? Kalau soal bumbu dan sayur masih bisa diusahakan, dengan mencari dedaunan dan rempah-rempah di perkebunan sekitar pondok. Tapi soal beras dan nasi? Kalau tidak ada di gudang, berarti semuanya harus dibeli dengan uang. Lalu, uang dari mana? Mengharapkan belas-kasih dari orang-orang sekitar, untuk memberi makan puluhan santri, rasanya amat mustahil. Tetapi, membiarkan santri kelaparan juga merupakan amanat dan tanggung jawab yang harus dipikul sedemikian beratnya. Kiai Eeng hanya bisa mengeluh dan mengaduh kepada Allah subhanahu wataâala. Baginya, berpantangan untuk mengeluh di depan manusia yang sama-sama makhluk Allah yang banyak kekurangan dan kelemahannya. Jika seseorang memiliki kekuatan iman dan Tauhid, mengeluh kepada orang yang rendah kualitas imannya, justru dilarang oleh ajaran agama. Sepertiga malam itu, ia melaksanakan salat tahajud sambil menangis di hadapan Al-Khaliq. Hanya Allah Yang Maha Kaya dan memiliki kekayaan di seluruh jagat raya ini. âYa Allah, Kau Maha Lembut bagi hamba-hamba-Mu yang meminta. Engkau Maha Pemberi rizqi bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Sungguh, Engkau Maha Kuat dan Maha Perkasa.â Seusai salat subuh di masjid pesantren, tiba-tiba seorang santri menemui Kiai Eeng di kediamannya. âPak Kiai, ada tamu yang katanya mau ketemu dengan Pak Kiai.â âSiapa, dari mana dia?â âMaaf Pak Kiai, dia bawa mobil, tapi belum sempat saya tanyakan dari mana. Sekarang dia masih menunggu di pintu gerbang.â Setelah Kiai Eeng menemui tamu tersebut, tiba-tiba sang tamu bertanya, âPak Kiai, apa betul tempat ini adalah pesantren?â âYa betul, kenapa?â âBegini Pak Kiai, saya datang dari Jakarta. Majikan saya menyuruh saya membawa dua karung beras di mobil ini, untuk disedekahkan buat pesantren.â âPesantren apa?â âDia hanya berpesan, pokoknya pesantren mana saja, yang penting di daerah Rangkasbitung.â Seketika itu, Kiai Eeng mengucapkan terimakasih, dan salam untuk majikannya. Ketika empat santri Al-Bayan membawa karung beras tersebut, tak berapa lama mobil itu meluncur sedemikian cepatnya, dan menghilang di kejauhan. Wallahu aâlam. []
Assalamualaikum wr wb..Ini sedikit kilasan cerita seorang Kyai lakudalam perjalanan hidup ruhani/jasmani yg memang terjadi,kejadian ini berawal saat awal2 tragedi sampit..Mohon maaf gak ada maksud sara,dan juga jgn dikomentari kearah sara, maupun apalah yg menyinggung,sedikit kisah ini hanya sebagai kilasan gambaran bagaimana seharusnya bersikap arif dan yg utama iklas walau nyawa taruhannya..Sosok kyai ini sampai sekarang masih ini berawal saat beliau mendapatkan sejenis ilham atau isyarat atau apalah yg membuat beliau gundah dan bisa gak bisa harus beliau lakukan yaitu ke keyakinan ini beliau pamit sama bapaknya yg sudah renta dan juga pamit sama anak/istrinya dan seluruh santrinya yaitu pamit pati dalam artian kalau dalam 3 minggu gak pulang berarti sudah meninggal..saat pamit bapaknya yg memang hanya dia yg masih hidup, bapaknya melarang dan marah âŚUntuk apa km kesana itu kan tugas aparat untuk mengamankan..apa km lupa bagaimana dulu awal2 ponpesmu berdiri bagaimana kelakuan aparat ke kamu dan ponpesmu. siapa yg nyuruh km ..Lanjut bapaknya, apa jawab beliau, dgn singkat katasaya di suruh ALLAH .akhirnya dgn iklas bapak,anak/istrinya,santri2nya melepas beliau dgn tangisan dan doa..gak maksud apa memang kenyataanya cerita beliau sampai di daerah konflik antara d dan m..dari ilham yg di terima beliau akhirnya sampai di suatu dimana desa itu mayoritas suku M ..dan di kampung itu ada ponpes tak di nyana tak di duga ternyata pengasuh ponpes itu adik ngaji saat di itu begitu yg sangat mengkawatirkan di kampung itu terus berusaha bertahan dari serangan orang2 D ,padahal kampung itu gak tahu menahu akan permasalahan antara D dan M .mungkin karena mayoritas M ikut jg di jadikan beliau kasih saran usahakan perempuan dan anak kecil di keluarkan/ pembaca tahu padahal di kampung itu jg banyak keturunan M dan D yg sudah berbaur jd suami susah payah mengeluarkan perempuan/anak kecil akhirnya pembaca semua tahu arti ritual mangkuk merah khan..Kalo mangkok merah sudah masuk ke suatu daerah/kampung pasti disitu para prajurit2 D sudah siap untuk perang dan disusupi kekuatan tahu akan mangkok merah..Beliau berinisiatif untuk mencegah akhirnya beliau minta di sediakan kamar khusus..Beliau pun berdzikir .dari yg saya tahu ternyata beliau berusaha menghalau pasukan2 gelap leluhur yg berusaha di susupkan ke pemuda maupun masyarakat yg mayoritas D yang padahal mayoritas muslim juga di desa segenap karomah beliau,beliau jg mengerahkan beberapa kekuatan kerajaan jin muslim dr martapura dan 9 jagoan jin mu[email protected] beliau dr alas ketonggo,mereka perang untuk mengusir sawab kekuatan ritual mangkok merah yg masuk ke desa D itu yg membawa ribuan pasukan gelap gagal dan pasukan2 gelap pun gak jadi menyusup ke pemuda2 D yg siap perang .mungkin BOLOSAMARpernah dengar gagalnya mangkok merah masuk ke beberapa desa .akhirnya beliau langsung terjun ke lapangan untuk menemui tokoh2 D yang sebenarnya jg beragama islam,dgn pertemuan itu akhirnya tokoh2 D yg muslim sadar bahwa sesama muslim adalah dr tokoh2 D muslim beliau bertemu tetua adat di beberapa desa yg mayoritas D .akhirnya kesepakatan damai di capai dan tdk ikut ikutan dgn kekisruhan antara suku D+mel dan M karena sudah di tunggangi berjasa mendamaikan beberapa desa beliau jg di angkat oleh tetua adat sebagai saudara dan di beri penghargaan tinggi dr tokoh2 desa D dan M yg awalnya 5 pusaka dayak pemberian tanda persahabatan sampai sekarang masih di hanya sedikit kisah nyata yg di alami seorang kyai yg melakukan hal yg tanpa pamrih dan demi kedamaian sesama boloKHODAM SAKTI ini hanya gambaran untuk kita senantiasa hidup dalam tolong menolong tanpa pamrih dan penuh keikhlasan. dan memang nama beliau sengaja saya rahasiakan takut di jewer saya.. ada kata maupun ucap yg salah mohon di kita semua dan seluruh umat muslim selalu di jaga dr fitnah Dajjai akhir jaman. Amien.. Mabes Laskar Khodam Sakti Jl. Elang Raya , Gonilan, Kartasura Solo, Jawa tengah WA +6285879593262
kyai karomah tinggi yang masih hidup